Beberapa saat setelah kelahirannya, media sosial daring digadang-gadang sebagai alat pemantik demokrasi yang ampuh. Iklim alamiah Web 2.0 memungkinkan setiap pengguna internet mengunggah tulisan, foto, dan video (user-generated content) dalam sekali sentuh, menggunakan berbagai macam gawai yang ia punya. Publikasi gagasan kini tidak lagi dikuasai oleh media massa tradisional (cetak maupun elektronik) atau mereka yang punya modal. Siapapun bisa menjadi produsen dan distributor informasi di jagad internet. Gelombang euforia pun melanda: media sosial menyediakan ruang publik dan menjadi pengejawantahan demokrasi era baru. Setiap individu memiliki kesempatan dan sarana untuk memproduksi, mendiseminasi, serta mengonsumsi informasi apapun.
Continue reading “Filter Bubble, Facebook, dan Kita yang Pergi Mengasingkan Diri”